Yogyakarta, 7 September 2024 – Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Borobudur, Agustin Peranginangin berpartisipasi dalam talkshow dengan tema Mengelola Warisan Geologi untuk Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan yang dilaksanakan di Embung Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul, DIY.
Dirut Angin menyampaikan dukungannya untuk Nglanggeran dapat menjadi pilot project untuk destinasi wisata yang dapat juga melakukan perdagangan carbon (Carbon Trading), sehingga dapat menjadi terwujud pariwisata berkelanjutan.
“Kami mendukung jika nantinya Nglanggeran sebagai pilot project sebagai destinasi wisata yang dapat melakukan perdagangan carbon. Saat ini destinasi yang dapat melakukan perdagangan carbon biasanya berbasis hutan bakau seperti Tanjung Klayang, Bali Barat dan lainnya”, Sabtu (7/9/2024).
Gunung Api Purba, Nglanggeran sebagai salah satu bagian dari Pegunungan Sewu yang terbentang dari Pantai Selatan Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri hingga Kabupaten Tulungagung di Jawa Timur. Pada September 2015, UNESCO menetapkan kawasan Pegunungan Sewu sebagai kawasan geopark dunia.
Untuk menuju ke Pariwisata Berkelanjutan, Geosite Nglanggeran yang awalnya berfokus pada jumlah wisatawan mulai untuk berfokus pada jumlah pengeluaran wisatawan, sehingga beberapa tahun terjadi fenomena kunjungan yang berkurang tetapi penghasilannya meningkat. Hal ini juga sejalan dengan program pemerintah kedepan yang berfokus pada perdagangan carbon.
Dilangsir dari katadata, Kantor Staf Presiden (KSP) dan Tim Ekonomi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih akan menyiapkan pembentukan badan karbon yaitu Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BP3I-TNK). Badan atau organisasi ini nantinya akan bertanggung jawab terhadap pengendalian iklim dan tata niaga karbon.
Searah dengan hal tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) telah sukses melaksanakan Rapat Koordinasi Parekraf 2023 mengusung tema “Indonesia Maju Bersama Parekraf Hijau”.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparerkraf/Baparekraf) Sandiaga Salahudin Uno dalam sambutannya menyampaikan bahwa Rakornas ini bertujuan untuk menjadi ruang menyusun rencana aksi sekaligus evaluasi pencapain dengan melibatkan Kementerian/Lembaga terkait guna menyukseskan program strategis parekraf tahun 2024 yaitu, perecpatan transformasi ekonomio yang inklusif dan berkelanjutan.
Pada Rakornas tersebut membahas tentang lima isu utama yaitu Climate Crisis dan Dekarboansi (Green) dengan 4 pilar keberlanjutan. Kemudian Archipelago and Island Tourism Development (Blue); New Trends: Digital Regernative Niche Tourism, Event Tourism, Health & Medical, Marine, Eco Heritage Regeneration; Sumber Daya Manusia; serta Hak Kekayaan Intelektual.
Kemenparekraf/Baparekraf mengharapkan penerapan Blue, Green and Circular Economy karena memiliki potensi dan keuntungan besar untuk pembangunan ekonmi globar yang berkelanjutan. Salah satu implementasinya dapat menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru hingga pertumbuhan ekonomi. Akselerasi yang telah dilakukan Kemenparekraf dalam implementasi prinsip blue, green and circular economy pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif antara lain penyusunan dokumen Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang memuat unsur sustainable tourism, CHSE/K3 dan inclusivity.
Proses Karstifikasi dan Potensi Geopark Sewu
Proses karstifikasi meruapakn pelarutan dan korosi kimiawi batuan oleh air, terutama pada batuan gamping, gypsum atau batuan lain yang mudah larut. Proses ini menjadikan terbentuknya fenomena karst, baik di permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Selain itu, proses karstifikasi yang terjadi pada batuan karbonat seperti batu gamping memiliki kemampuan untuk mengikat karbon dioksida (CO2) dari atmosfer. Proses pengikatan karbon dioksida dimulai dengan pelarutan kimia batuan karbonat oleh air yang mengandung CO2. Air hujan yang mengandung CO2 dari atmosfer membentuk asam karbonat lemah. Ketika air ini meresap ke dalam tanah dan kontak dengan batuan karbonat, terjadi reaksi kimia yang melarutkan batuan tersebut membentuk kalsium bikarbonat yang larut dalam air.
Kemudian terjadilah pembentukan gua dan celah, proses pelarutan ini menciptakan gua, celah dan rongga di dalam batuan karbonat. Seiring waktu, rongg-rongga ini dapat berkembang menjadi sistem gua yang kompleks. Proses Karstifikasi selanjutnya adalah pengikatan karbon. Selama proses pelarutan, karbon dari CO2 atmosferik diikat dalam bentuk kalsium bikarbonat. Ini berarti bahwa karbon yang sebelumnya berada di atmosfer sekarang tersimpan dalam air tanah dan batuan karst.
Karbon yang diikat dalam sistem karst dapat tersimpan dalam jangka watku yang lama, membantu mengurangi jumlah CO2 di atmosfer dan berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim. Selain itu karstifikasi juga penting dalam menyediakan air minum melalui sistem air bawah tanah yang kompleks dan mendukung keanekaragaman hayati di kawasan karst.
Geopark Gunung Sewu menjadi salah satu dari 10 geopark di Indonesia yang diakui UNESCO berkat terjaganya keragaman flora, faunda juga geologi dan budaya seputar kawasan. Geopark Gunung Sewu memiliki 116 gua yang memiliki stalaktit dan stalakmit dengan lebih dari 40.000 bukit kars berbentuk kerucut, lembah karst dan danau karst serta arus sungai bawah tanah. Dalam gua di area ini juga pernah ditemukan fosil peninggalan manusia purba yang diperkirakan hidup pada sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. (*)
Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Borobudur