“Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”
BOB-Purworejo, dalam rangka mendukung program Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk mencapai target utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024, Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Jana Dharma Indonesia (LSPP JDI) melaksanakan kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Pengelolaan Desa Wisata dan Daya Tarik Wisata di Sekitar Zona Otorita BPOB.
Kegiatan yang diikuti oleh 7 (tujuh) Desa Penyangga Zona Otorita ini berlangsung selama 5 hari untuk masing-masing Desa Wisata. Pembukaan telah dilaksanakan pada tanggal 4 April 2022 di Balai Desa Pagerharjo Kabupaten Kulon Progo dan pada hari ini merupakan penutupan seluruh kegiatan pelatihan dan pendampingan yang dilaksanakan di Pendopo Andjangsifa, Pandanrejo, Kabupaten Purworejo (2/6).
Tujuan dari rangkaian kegiatan ini secara umum untuk memberikan pelatihan dan pendampingan pengelolaan Desa Wisata dan Daya Tarik Wisata di 7 (tujuh) Desa Wisata penyangga Zona Otorita, yang meliputi bidang SDM, Keuangan, Operasional dan Pemasaran. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Pengelolaan Desa Wisata dan Daya Tarik Wisata ini berada di Kabupaten Magelang, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo (gelangprojo). Ketujuh desa tersebut diantaranya : Pagerharjo, Gerbosari, Ngargosari, Pandanrejo, Sedayu, Benowo dan Ngargoretno.
Di dalam pelatihan dan pendampingan pengelolaan Desa Wisata dan Daya Tarik Wisata nantinya akan dipersiapkan menjadi Travel Package, dan itu sangat penting karena bisa membantu dalam peningkatkan kualitas Pariwisata Di Sekitar Borobudur Highland. Kondisi ini menjadi sebuah keunggulan mengingat beberapa Desa Wisata dan Daya Tarik Wisata memiliki potensi untuk memajukan pariwisata di Sekitar Borobudur Highland.
Dalam wawancaranya, Direktur Utama BPOB, Indah Juanita menjelaskan bahwa “kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi Desa-desa peserta pelatihan dan pendampingan, dan Kami tidak berhenti sampai disini, ke depan akan ada program-program lanjutan, seperti monitoring serta pendukungan lain yang tentu saja akan selalu bisa dikolaborasikan dengan stakeholder, karena membangun kepariwisataan tidak bisa dilakukan sendiri- sendiri”.
