Semakin Dilestarikan, Semakin Mensejahterakan
Minggu lalu (5/7) Saya menghadiri acara Press Conference Pemilihan Miss Earth Indonesia 2018 di Balairung Soesilo Soedarman. Pemilihan Miss Earth Indonesia 2018 mengambil tema “The Real Implementation of Sustainable Development”. 30 gadis cantik berwawasan lingkungan berkompetisi untuk mendapatkan gelar Miss Earth Indonesia, dan mewakili Indonesia dalam ajang Miss Earth International.
Seperti yang sering saya kemukakan, strategi media yang kita gunakan adalah Paid, Owned, Social Media, Endorser (POSE). Miss Earth Indonesia dapat dijadikan sebagai Endorser khususnya terkait Environmental Sustainability. Saya berharap nantinya para putri yang cinta lingkungan ini menjadi spoke person atau influencerdan turut merasa memiliki dan menjaga kelestarian destinasi wisata yang ada di nusantara.
Seperti kita ketahui daya saing pariwisata Indonesia untuk pilar environment sustainability pada Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) World Economic Forum (WEF) masih sangat rendah, kita berada di ranking 131 dari 134 negara.
Posisi yang memprihatinkan tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi semua destinasi wisata untuk terus menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan sebagaimana United Nation World Tourism Organization (UNWTO) mendefinisikan Pariwisata berkelanjutan sebagai pariwisata yang mempertimbangkan tiga aspek besar yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi saat ini dan masa depan.
3P: People, Planet, Prosperity
Pariwisata merupakan sektor yang paling kecil menimbulkan kerusakan karena prinsip pembangunan pariwisata adalah sustainable atau berkelanjutan. Lingkungan yang terjaga merupakan aset bagi pariwisata untuk mendatangkan wisatawan.
Di dunia, Sustainable Tourism Development telah menjadi trend, yaitu pengembangan pariwisata dengan mempertimbangkan 3P: Planet/Alam, People/Masyarakat, dan Prosperity/Kesejahteraan. Aspek people itu kita harus perhatikan apa keinginan wisatawan, lalu planet adalah bagaimana kita merawat dan menjaga tempat-tempat wisata, dan terakhir prosperity kita wajib perhatikan nilai-nilai ekonomis dari sebuah tempat wisata.
3P tersebut merupakan rumus pengembangan pariwisata yang terbaik untuk mencapai pariwisata yang semakin dilestarikan, akan semakin menyejahterakan. Wisatawan zaman now diharapkan tidak hanya sekedar berkunjung ke destinasi, tapi juga terlibat menjaga lingkungan dan budayanya. Travel, enjoy, respect!
Komitmen pemerintah ditunjukkan dengan menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Selain itu kita pun mengeluarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, sehingga acuannya pun menjadi jelas. Saya juga membentuk Tim Sekretariat Nasional Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan yang diketuai oleh Valerina Daniel.
Sustainable Tourism Observatory
Kemenpar telah mengembangkan Sustainable Tourism Development (STD) dengan membentuk Sustainable Tourism Observatory (STO), kedua di Asia setelah China. Program tersebut memberikan pendamping kepada destinasi wisata, sehingga pariwisata memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Pendampingan ini diharapkan agar kemanfaatan itu bisa terus berlangsung dan dijaga.
Program ini sejalan dengan program United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Dimana saat ini telah ada 18 destinasi pariwisata internasional terdaftar sebagai lokasi STO di UNWTO, 5 diantaranya berada di Indonesia. 5 daerah tersebut adalah percontohan yang bertujuan memberi gambaran bahwa Indonesia tidak hanya Bali tapi juga ada destinasi lain yang pariwisatanya berkelanjutan. Daerah percontohan tersebut adalah Pangandaran (Jabar), Sleman (DIY), dan Sesaot Lombok (NTB), kemudian disusul dengan Samosir/Danau Toba (Sumut), dan Sanur (Bali).
Sleman bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, Pangandaran bekerjasama dengan ITB, Sanur bekerjasama dengan Universitas Udayana, Sesaot Lombok bekerjasama dengan Universitas Mataram, dan Pangururan Samosir bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara. Tiga dari lima pusat monitoring, yakni ITB, UGM, dan Unram telah diakui oleh UNWTO. Wonderful Indonesia Network Sustainable Tourism Observatory (WINSTO) yang merupakan bagian dari International Network Sustainable Tourism Observatory (INSTO) merupakan wadah dari pusat monitoring tersebut.
Prospek cerah telah ditunjukkan oleh lima STO ini. Sleman misalnya, STO tersebut terdiri dari dua desa wisata, yaitu Desa Wisata Pulesari dan Desa Ekowisata Pancoh. Pada tahun 2016 Desa Wisata Pulesari berhasil menarik 52.947 wisatawan. Angka tersebut menghasilkan pendapatan total sebesar Rp2.166.412.000. Sedangkan Desa Ekowisata Pancoh di tahun 2016 berhasil menarik 2.784 wisatawan, dengan total pendapatan sebesar Rp1.000.000.000.
Sebagai destinasi wisata berbasiskan Pariwisata Berkelanjutan keduanya mengandalkan penduduk lokal desa dalam pengelolaannya. Untuk itu pendampingan serta pelatihan diberikan sehingga masyarakat mampu mandiri. Begitu juga dengan STO lainnya.
ISTA
Saya sering mengatakan, untuk mendapatkan hasil yang terbaik adalah dengan cara dilombakan. Karena itu kita menggelar Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA). ISTA merupakan ajang penghargaan bagi destinasi serta pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata yang telah berkomitmen menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dalam pengelolaan pariwisata di daerahnya. Penghargaan ini bertujuan untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dalam pengelolaan pariwisata di daerah.
Melalui ISTA, Kemenpar memberikan pengakuan kepada pihak-pihak yang telah menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Kita juga menilai pihak-pihak yang mendorong lahirnya berbagai inovasi atas produk-produk pariwisata berkelanjutan dan bekerja sama dengan sektor publik maupun swasta dalam pembangunan pariwisata di tingkat destinasi.
Penghargaan ini juga menstimulasi agar semakin banyak destinasi yang menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan sekaligus menjadi ajang promosi maupun branding di tingkat nasional maupun internasional dalam rangka mengakselerasi kunjungan wisata ke Indonesia.
Para pemangku kepentingan yang dinilai meliputi: pengelola desa wisata, pengelola kawasan, Organisasi Tata Kelola Destinasi (Destination Management Organization atau DMO), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Badan Otorita Pariwisata (BOP), yayasan, dan Perseroan Terbatas (PT). Tahun lalu, The Nusa Dua Bali menjadi juara umum dengan meraih Green-Platinum Award.
Tahun ini kita kembali menggelar ISTA yang pendaftarannya dimulai pada akhir Juni hingga 31 Juli 2018, sedangkan acara penghargaannya akan diselenggarakan pada bulan November nanti. Pada perhelatan tahun ini ISTA mengambil tema “Local Values for Sustainable Development” atau Kearifan Lokal Untuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. Melalui CEO Message ini sekaligus saya mengundang kepada seluruh stakeholder untuk mengikuti ajang prestisius ini.
Menutup CEO Message ini, saya berpesan generasi muda harus dapat berperan sebagai motor penggerak dalam terciptanya destinasi wisata yang ramah lingkungan. Keterlibatan generasi muda dapat menyebarkan virus kreatif pada sekitarnya dalam memupuk tumbuhnya rasa memiliki dan rasa ingin turut memelihara potensi pariwisata yang berada di daerahnya.
Salam Pesona Indonesia!
DR. Ir. Arief Yahya, M.Sc.