Yogyakarta, 1 November 2025 – Sebuah babak baru dalam pariwisata kesehatan dan kebugaran Indonesia resmi dibuka. Hari ini, Jogja Cultural Wellness Festival (JCWF) 2025, dengan tema adiluhung “Salarasing Urip, Wiraga, Wirama, Wirasa: A Journey of Balance & Harmony”, secara resmi diluncurkan di jantung kebudayaan Jawa, Jogja. Festival ini bukan sekadar rangkaian acara wellness biasa; ia adalah sebuah deklarasi otentisitas, sebuah perjalanan kembali ke akar kearifan lokal Nusantara, dan sebuah langkah strategis untuk menempatkan jogja sejajar, bahkan melampaui, destinasi wellness global lainnya.

Jogja CUltural Wellness 2025

Mendefinisikan Ulang Wellness: Dari Yoga India Menuju ‘Salarasing Urip’ Nusantara

Festival Jogja Cultural Wellness ini diprakarsai oleh sosok yang mendalam memahami warisan budaya, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, bersama dengan komunitas wellness lokal yang bersemangat. JCWF lahir dari kesadaran bahwa narasi wellness di Indonesia terlalu lama didominasi oleh pengaruh luar, khususnya tren yoga dari India, yang, meskipun populer, kurang merepresentasikan keunikan Indonesia sendiri. Inilah saatnya Indonesia, khususnya jogja, mendefinisikan identitas wellness-nya sendiri.

GKR Bendara, salah satu inisiator utama, menyampaikan pandangannya yang tegas dalam sambutan pembukaan: “Selama ini, wellness di Indonesia identik dengan Bali dan yoga. Padahal, yoga adalah produk India, bukan Indonesia. Karena itu, kami bersama para pelaku industri di jogja ingin menegaskan keunikan kita sendiri – we need to set ourselves apart.” Pernyataan ini menjadi semangat pendorong di balik seluruh konsep JCWF.

“Jogja Cultural Wellness tidak hanya menawarkan penyembuhan fisik (Wiraga), tetapi yang paling utama adalah penyelarasan batin (Wirasa) dan irama kehidupan (Wirama) dalam konsep ‘Salarasing Urip’. Ini adalah esensi kearifan Jawa, yang kami yakini dapat menjadi magnet pariwisata wellness yang otentik, membumi, dan tak tertandingi di dunia,” lanjut beliau. Upaya ini merupakan langkah monumental dalam mempromosikan pariwisata jogja ke mata internasional, khususnya di segmen wisatawan yang mencari pengalaman mendalam dan bermakna.

Apresiasi dan Dukungan dari Regulator: Sinergi Budaya dan Ekonomi

Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik, Yusuf Hartanto, turut hadir dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap penyelenggaraan Jogja Cultural Wellness Festival ini. Menurutnya, JCWF bukan hanya agenda budaya, tetapi juga mesin penggerak ekonomi kreatif dan pariwisata.

“Festival ini adalah bukti nyata bahwa nilai budaya dan kesehatan dapat berjalan beriringan, bahkan saling menguatkan. Jogja Cultural Wellness menawarkan keseimbangan holistik: antara tubuh, rasa, dan alam semesta. Ini adalah jawaban Indonesia terhadap kebutuhan wellness global yang haus akan keaslian,” ujar Yusuf Hartanto. Ia menilai bahwa inisiatif ini sangat strategis dalam memperkuat posisi jogja di peta pariwisata wellness nasional, melengkapi keberadaan Bali dan Solo dengan nuansa yang khas dan berbeda.

Jogja memiliki infrastruktur budaya yang kaya, mulai dari tradisi keraton, pengobatan herbal (Jamu), meditasi Jawa (Tapa), hingga seni pertunjukan yang sarat makna spiritual. Semua elemen ini terintegrasi dalam JCWF, menjadikannya model pariwisata wellness kultural yang berkelanjutan.

Ragam Pengalaman Otentik Jogja Cultural Wellness

Jogja Cultural Wellness Festival 2025 berlangsung selama satu bulan penuh, menghadirkan lebih dari 50 sesi dan workshop yang terbagi dalam empat pilar utama: Wiraga, Wirama, Wirasa, dan Salarasing Urip.

  • Pilar Wiraga (Raga/Fisik): Fokus pada kesehatan fisik melalui praktik-praktik yang berakar di jogja. Ini mencakup sesi Jamu Blending (meracik jamu tradisional), Javanese Movement & Martial Art yang berfokus pada kelenturan dan energi, serta treatment spa dengan bahan-bahan alami khas Nusantara.
  • Pilar Wirama (Irama/Harmoni): Berpusat pada penyelarasan dengan alam dan lingkungan. Sesi workshop meliputi seni menari tradisional sebagai terapi gerak, kelas musik Gamelan sebagai meditasi bunyi, dan eco-healing di lingkungan pedesaan jogja yang asri.
  • Pilar Wirasa (Rasa/Batin): Mengajak peserta untuk mendalami spiritualitas dan penyembuhan batin. Kegiatan ini mencakup meditation Jawa (Tapa dan Samadi), kelas filosofi Jawa tentang hidup selaras, serta sesi konsultasi spiritual dengan sesepuh lokal.
  • Pilar Salarasing Urip (Hidup Selaras): Ini adalah puncak integrasi, di mana peserta diajak menjalani ritme hidup yang seimbang. Contohnya adalah program “One Day with Javanese Villagers”, yang memungkinkan peserta merasakan kehidupan harian yang damai, sehat, dan penuh makna di pedalaman jogja.

 

 

 

Divisi Komunikasi Publik

Badan Pelaksana Otorita Borobudur

By Published On: Sabtu, 1 November 2025Views: 36

Share This Story, Choose Your Platform!