Surakarta, 21 Juni 2025 — Art Sura 2025 kembali hadir sebagai ruang pertemuan ekosistem seni rupa di Indonesia. Bertempat di Taman Balekambang, Solo, pameran ini berlangsung dari 21 hingga 29 Juni 2025. Mengangkat tema “Wedangan, Rindu dan Kenangan”, Art Sura tahun ini menjelma sebagai platform dialog lintas budaya, media, dan teknologi.

Wedangan Sebagai Ruang Dialog Budaya

Panitia mengangkat filosofi wedangan sebagai konsep utama Art Sura 2025. Wedangan merepresentasikan ruang ngobrol rakyat Solo yang penuh makna dan kenangan. Dengan pendekatan ini, kurator ingin menghidupkan suasana akrab antara seniman dan publik. Melalui riset mendalam di Pasar Triwindu dan kawasan budaya Solo, tim kreatif membangun narasi rindu akan masa lalu yang disampaikan melalui seni rupa.

Ratusan Seniman Menyatu dalam Semangat Kolaborasi

Sebanyak 172 seniman dari berbagai penjuru Nusantara menampilkan 236 karya terbaik mereka. Mulai dari lukisan, instalasi, patung, ilustrasi, hingga karya seni digital memenuhi area pameran. Art Sura bukan sekadar ajang seni biasa, tetapi membangun jembatan antara komunitas, studio, publik, dan kolektor. Kolaborasi antara seniman independen, pelajar, dan studio menjadi wujud nyata ekosistem seni rupa yang berkelanjutan.

Direktur ART Sura, Adrian Zakhary menyampaikan bahwa Art Sura ingin memperkuat jejaring antarpraktisi seni serta memperluas akses masyarakat terhadap karya seni berkualitas.

“Selamat untuk kita semua, telah terselenggaranya ART Sura 2025 merupakan epicentrum seni rupa nusantara pertama. Epicentrum ini kami fokuskan di Surakarta untuk Indonesia. Nusantara ini banyak sekali warisan yang berasal dari Surakarta dan saya yakin betul, jika kita melihat kembali jati diri bangsa kita banyak hal-hal yang berasal dari Surakarta mulai dari budayawan dan seniman,” kata Adrian dalam pembukaan ART Sura 2025.

Integrasi Teknologi: AI, AR, dan NFT Ramaikan Pameran

Art Sura 2025 turut menyuguhkan karya yang mengintegrasikan teknologi mutakhir. Pengunjung bisa menikmati karya berbasis Augmented Reality (AR), kecerdasan buatan (AI), dan platform blockchain seperti NFT. Dalam zona interaktif, pengunjung berinteraksi langsung dengan AR toys dan instalasi digital. Platform digital LAPALAPA.ART juga resmi diluncurkan untuk mendukung koleksi dan kurasi seni secara global.

Pameran ini menegaskan bahwa seni tidak pernah statis, tetapi terus berkembang seiring kemajuan zaman. Dengan pendekatan ini, Art Sura menjadi titik temu seni dan teknologi yang edukatif sekaligus menghibur.

Mengusung Pesan Perdamaian dan Ketahanan Pangan

Selain memanjakan mata, Art Sura 2025 menyuarakan isu-isu sosial penting. Sejumlah karya menyoroti tema perdamaian, solidaritas, serta ketahanan pangan. Kelompok Solo Arts Lab, misalnya, menampilkan karya-karya bertema alam dan pangan lokal, mengajak publik untuk lebih sadar akan keberlanjutan dan kelestarian sumber daya.

Pameran ini membuktikan bahwa seni mampu menjadi medium efektif dalam menyampaikan pesan-pesan sosial yang relevan dan menyentuh.

Rangkaian Aktivitas Meriahkan Balekambang

Art Sura 2025 tidak berhenti pada pameran visual. Panitia menyelenggarakan berbagai program pendukung seperti:

  • Tur seni ke Museum Keris, Lokananta, dan Pura Mangkunegaran
  • Workshop seni untuk anak dan dewasa
  • Wayang kulit dan pertunjukan tari tradisional
  • Seminar seni dan teknologi
  • Lomba seni untuk pelajar dan mahasiswa
  • Monolog dan pertunjukan teater kontemporer

Puncaknya, panitia menyerahkan LAPALAPA AWARDS 2025 sebagai bentuk apresiasi bagi insan seni yang konsisten berkarya dan berdampak.

Dengan target 30.000 pengunjung, Art Sura juga berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di Solo. Pelibatan UMKM, penjualan karya, dan kerja sama multipihak turut memperkuat posisi kota Solo sebagai destinasi seni nasional. Hal ini juga didukung dalam sambutan DPRD Surakarta sekaligus Penasehat ART Sura, Sekar Tanjung.

“ART Sura patut kita apresiasi dan perayaan yang berkenan bagi kita semua. Nyatanya banyak pelaku seni mulai dari yang kecil hingga yang sudah ternama. Saat membuat acara ini, kami juga berdiskusi dengan beberapa pelaku seni yang karyanya juga sampai ke mancanegara. Saya selaku anggota dewan juga mendukung acara ini terbuka dan dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat, hal ini menunjukan bahwa seni itu tidak hanya untuk kalangan elit dan juga terbatas. Seni juga bisa menjadi katalis ekonomi dalam bentuk pagelaran seperti ini,” kata Sekar Tanjung dalam sambutannya.

Solo; Pusat Ekspresi Seni Nusantara

Melalui Art Sura 2025, Solo kembali menegaskan identitasnya sebagai pusat seni dan budaya Indonesia. Kota ini bukan hanya menyimpan sejarah, tetapi juga menciptakan masa depan seni yang terbuka dan inklusif. Acara ini menjadi pembuka dari rangkaian La PALAPA: Indonesia Art Summit yang akan berlanjut di Bali dan Jakarta pada akhir tahun. Hal tersebut sejalan dengan sambutan Walikota Surakarta yang pada kesempatan ini dibacakan oleh Wakil Walikota Surakarta, Astrid Widayani.

“Atas nama pemerintah kota Surakarta, kami mendukung dan mengapresiasi ART Sura 2025. Harapannya ini menjadi panggung kolaborasi dan medium lintas sektor, seni dan hal positif lainnya. ART Sura diharapkan jadi pemantik masa lalu, masa kini hingga masa depan. Hadirin yang berbahagia Surakarta merupakan kota budaya sekaligus Jaringan Kota Kreatif Dunia UNESCO (UNESCO Creative Cities Network) terus berkomitmen untuk menjadi ruang terbuka, inklusiv dan dinamis bagi semua hal terkait seni. Seni juga menjadi hal untuk perubahan sosial,” kata Astrid.

Art Sura 2025 membuktikan bahwa seni rupa mampu merangkul masa lalu, merespon masa kini, dan merancang masa depan. Dengan kekuatan komunitas, teknologi, dan pesan sosial, Art Sura menjadi lebih dari sekadar pameran—ia adalah panggung bagi harapan dan dialog lintas generasi. Jika Anda ingin menyelami ruh seni Nusantara dalam balutan inovasi, Solo adalah tempatnya, dan Art Sura 2025 adalah momen terbaiknya.

By Published On: Senin, 23 Juni 2025Views: 8

Share This Story, Choose Your Platform!