BOB-Yogyakarta, sektor pariwisata saat ini mengalami beberapa perubahan akibat dampak pandemi Covid-19. Perubahan pola perjalanan dan konsep pariwisata memfokuskan rencana strategis pariwisata pada konsep pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis quality tourism serta penetapan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN) / Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur- Yogyakarta- Prambanan, hingga percepatan pemulihan ekonomi pasca pandemi menjadi latar belakang penyusunan dokumen terkait dengan strategi pengembangan kepariwisataan pendukung DPSP Borobudur di wilayah DIY melalui pembahasan di acara FGD yang diselenggarakan Dispar DIY di Hotel Gaia Cosmo Jogja (28/10).
Didukung insfrastruktur penunjang DPSP Borobudur seperti Bandara YIA, Rencana Jalan Tol Yogyakarta-Bawen; Yogyakarta-Solo, dan Jalur Jalan Lintas Selatan merupakan tantangan sekaligus peluang dalam pengembangan pariwisata di Yogyakarta yang perlu dikaji lebih luas lagi, bahkan kehadiran Borobudur Highland yang memiliki kawasan berbatasan dengan Yogyakarta bagian barat merupakan kawasan strategis pegunungan menoreh yang masuk dalam kajian pengembangan kepariwisataan DPSP Borobudur.
Kepala Divisi Komunikasi Publik Badan Otorita Borobudur, Yusuf Hartanto menjelaskan fungsi dan tugas BOB bukan hanya otoritatif di wilayah pegunungan menoreh di Kabupaten Purworejo, melainkan juga memiliki wilayah koordinatif di 3 (tiga) DPN di Provinsi DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan 30 kabupaten/kota di dalamnya”. “BOB melakukan koordinasi, kolaborasi, dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah, institusi terkait, dan stakeholder dalam pengembangan kepariwisataan dan ekraf”, ujarnya.
Beliau menambahkan bahwa keberadaan YIA dan Rencana pembangunan Jalan Tol yang selama ini juga dikhawtirkan beberapa masyarakat, merupakan tantangan bagi kita semua untuk berkolaborasi dan bersinergi menjadikan dua infrastruktur besar ini sebagai peluang, potensi-potensi di wilayah Jogja bagian barat akan menjadi prioritas selanjutnya yang selama ini terpusat di Jogja bagian tengah dan Sleman”, imbuhnya.
Tujuan kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan, kendala serta peluang kawasan pariwisata DIY dalam mendukung kawasan DPSP Borobudur, serta menganalisa dalam menyusun kebijakan , arahan, program dan rekomendasi dalam pendukungannya. Sehingga ke depan akan tercipta mindset bahwa pengembangan kawasan Borobudur tidak lagi hanya bertumpu pada Borobudur, tetapi justru mengembangkan kawasan sekitar Borobudur untuk menjadi daya tarik wisata baru.