CEO Message #57
SimPATI Wonderful Indonesia
Minggu lalu (13/9) saya meluncurkan kartu perdana khusus wisman “SimPATI Wonderful Indonesia” di kantor pusat Telkomsel di Jakarta. Starter pack khusus ini adalah bagian dari co- creation kerjasama co–branding antara Kementerian Pariwisata dengan Telkomsel. Ini adalah sinergi pentahelix yang sangat bagus bahwa swasta berperan penting dalam memajukan pariwisata.
Kerjasama ini cukup istimewa, karena merupakan kolaborasi dua brand top Indonesia. Brand Wonderful Indonesia menempati peringkat 47 dunia dalam country brand index, jauh mengungguli Amazing Thailand dan Malaysia Truly Asia. Sementara Telkomsel adalah brand terkemuka dengan brand value terbesar kedua di Indonesia yang nilainya ditaksir mencapai $ 8,6 miliar.
Teorinya, kerjasam co–branding memang seyogyanya dilakukan oleh dua brand yang setara kekuatannya, sehingga perpaduan keduannya menghasilkan sinergi yang powerful: 1 + 1 bukannya 2, tapi 3 atau bahkan 5.
Kolaborasi ini juga akan melibatkan asosiasi-asosiasi di bawah koordinasi ViWI (Visit Wonderful Indonesia) seperti ASITA dan PHRI untuk pemasaran starter pack-nya nanti. Sehingga kolaborasi ini sangat strategis dalam mendongkrak jumlah wisman ke depan dengan spirit Indonesia Incorporated
Pada saat perhelatan UNWTO General Assembly September 2017, ada diskusi menarik yang membahas mengapa pariwisata Indonesia bisa tumbuh sedemikian cepat. Memang di tahun sebelumnya pariwisata kita tumbuh mengesankan 26%, jauh mengungguli negara-negara pesaing.
Menanggapi diskusi itu, jawaban saya sederhana, karena kita menggunakan strategi digital. Sederhana saja, 2/3 dari customer kita sudah menggunakan digital dari mulai search hingga share. Untuk promosi, dengan digital media dampaknya empat kali lipat lebih efektif daripada non digital.
Di era milenial saat digital begitu mendominasi, telekomunikasi menjadi unsur yang sangat penting. Telekomunikasi juga tak bisa dipisahkan dengan industri pariwisata Indonesia. Apalagi
pariwisata sudah go digital. Telekomunikasi menjadi pelengkap Atraksi, Amenitas, dan
Aksesibilitas (3A) yang terus dikembangkan.
Jadi sesungguhnya wisman datang tidak hanya membeli paket (3A), tetapi juga paket telekomunikasi yang harganya kompetitif dengan kualitas yang memadai. Itu sebabnya kita perlu mengembangkan produk telekomunikasi yang kompetitif seperti simPATI Wonderful Indonesia ini
Produk ini menawarkan best value kepada wisman yang berkunjung ke tanah air. Telkomsel memberi harga yang cukup murah, yaitu hanya Rp 100 ribu selama kurun waktu 14 hari wisman berkunjung. Misalkan Anda pelanggan Telkomsel pergi ke luar negeri mengaktifkan internasional roaming, selama 3 hari Anda akan dikenakan biaya Rp 150 ribu. Bila dihitung value layanan, stater pack ini setara Rp 360 ribu dan hanya dijual Rp 100 ribu, sehingga lebih murah. Di China produk dengan kapasitas sejenis dijual dengan harga sekitar Rp.600 ribu. Maka tidak heran sebelum produk siPATI Wonderful Indonesia diluncurkan, konon sudah ada travel agent China yang akan memesan sebanyak 20.000 pax.
Dengan harga tersebut wisatawan akan mendapat 10 GB kuota internet, 300 menit layanan suara, serta 300 SMS yang dapat digunakan antar operator internasional maupun domestik. Menariknya, starter pack ini memiliki masa berlaku selama 14 hari setelah diaktifkan.
Saya punya istilah ASPA (Average Spending Per Arrival), yaitu pengeluaran rata-rata wisman untuk setiap kedatangan. Untuk Indonesia angkanya adalah $ 1.100. Jadi kalau ada wisman datang, rata-rata spending-nya adalah Rp 15 juta dengan length of stay rata-rata 8 hari. Dengan ASPA sebesar itu, maka ARPU (Average Revenur Per User) yang didapat Telkomsel adalah sekitar Rp 150 ribu atau sekitar 1% saja.
Saya katakan, umumnya recurring revenue itu lebih tinggi dari entry fee-nya. Contohnya kebijakan bebas visa. Ketika kita menerapkan tarif visa $ 25, wisman menjadi susah masuk ke Indonesia, padahal spending orang terbesar sekitar $ 1200. Dengan menghilangkan biaya visa maka kita mengalami pertumbuhan di atas 20%. Sama kasusnya saat kita menjual kartu prepaid dengan entry fee yang kita buat lebih murah, maka usage-nya akan lebih tinggi.
Poin saya adalah, coba dipikirkan apakah harga starter pack-nya tidak kita turunkan tetapi isi ulangnya kita permudah. Untuk itu, saya mendorong agar Telkomsel jangan mengambil banyak dari joining fee (penjualan stater pack). Kalau bisa diturunkan harganya. Serta dipermudah untuk pengisian pulsanya bagi wisatawan.
Anggap tahun depan dengan jumlah wisman 20 juta, kalau target penjualannya hanya 1 juta seperti telah ditetapkan teman-teman Telkomsel, menurut saya masih terlalu kecil, hanya 5%.
Karena itu targetnya saya naikkan menjadi 2 juta. Yang kedua, ARPU-nya terlalu kecil kalau hanya Rp 150 ribu atau sekitar 1%. Prediksi saya pengeluaran wisman untuk telekomunikasi harusnya lebih besar dari 1%. Mungkin dua hal ini bisa kita tebus dengan cara menurunkan harga starter pack-nya dan mempermudah isi ulangnya.
Selain itu wisman lintas perbatasan (border tourist) kita tidak kecil. Jumlah mereka ada 2-3 juta orang tiap tahunnya. Kalau mereka bisa mendapatkan harga yang lebih murah, tentu mereka akan banyak membeli starter pack tersebut. Khusus untuk border tourists ini kurun waktu aktifnya bisa diperpendek mengingat perjalanan pulang-pergi mereka memang lebih pendek, bisa jadi hanya dalam sehari.
Dengan produk telekomunikasi yang menawarkan best value ke wisman, diharapkan pilar price competitiveness dan ICT Readiness kita di TTCI World Economic Forum (WEF) akan semakin meningkat dan membuat Wonderful Indonesia semakin berkibar.
Menutup CEO Message ini, saya kembali mengingatkan bahwa kalau kita bersatu, maju serentak pasti kita menang. Dengan sinergi pentahelix Indonesia Incorporated, kita pasti bisa meraih target mendatangkan 20 juta wisman tahun depan.
Salam Pesona Indonesia!
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc.
Menteri Pariwisata