JAKARTA – Nama calon Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang, di Tanjung Pulisan, Minahasa Utara, Sulut tiba-tiba meroket. Menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas yang diputuskan melalui Rapat Terbatas di Istana Negara Jakarta, 15 Juli 2019. Padahal, selama ini hanya 4 Destinasi Super Prioritas, dari 10 Bali Baru atau 10 Destinasi Prioritas yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo, melalui surat dari Sekretariat Kabinet Nomor B 652/Seskab/Maritim/2015, tanggal 6 November 2015.

Daftar 10 Destinasi Prioritas itu antara lain: Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Belitung, Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (Jakarta), Borobudur (Joglosemar), Bromo Tengger Semeru (Jatim), Mandalika (Lombok, NTB), Komodo Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sultra), dan Morotai (Maluku Utara). Dari 10 destinasi yang popular dengan istilah “10 Bali Baru” itu, akhirnya focus di 4 destinasi dulu, yang selanjutnya dinamakan 4 Destinasi Super Prioritas.

“Keempatnya adalah Danau Toba – Sumut, Borobudur – Joglosemar, Mandalika – NTB, dan Komodo Labuan Bajo – NTT,” jelas Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar. Hal itu diputuskan Presiden Jokowi pada 26 Juli 2018 sekitar satu tahun silam, meskipun bukan berarti sisanya yang 6 destinasi itu tidak dikerjakan dengan serius.

Kini muncul sebutan baru, 5 Destinasi Super Prioritas, yang isinya 4 Destinasi Super Prioritas dari 10 Bali Baru, ditambah 1 Destinasi dari 5 Destinasi Unggulan. “5 Desetinasi Unggulan itu memang belum dipopulerkan, karena masih proses menjadi calon KEK – Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Kelima itu adalah Tanjung Gunung Bangka, Sungai Liat Bangka, Cikidang Sukabumi Jabar, Pangandaran Jabar dan Likupang Minut Sulut,” jelas Menpar Arief Yahya.

Satu dari 5 Destinasi Unggulan itu, dalam hal ini Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, masuk ke 5 Destinasi Super Prioritas bersama 4 Bali Baru yang sudah lebih dahulu masuk klaster Super Prioritas. Yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika dan Komodo Labuan Bajo.

Mengapa Likupang bisa super cepat? “Seperti apa yang dipidatokan Pak Presiden Jokowi dalam Visi Indonesia, bahwa persaingan ke depan, adalah: yang cepat mengalahkan yang lambat! Speed itu penting, selain komitmen pimpinan daerahnya untuk melakukan percepatan,” jawab menteri yang pernah dinobatkan sebagai Marketeer of The Year 2013 oleh Mark Plus itu.

Pengusul calon KEK Likupang ini sudah siap dengan lahan yang clear and clean, 197 Ha, dan proses menyelesaikan sisanya yang 600-an hektare. Total akan menjadi 800-an hektare, dengan nilai investasi Rp 7,1 Triliun. Lalu 16 dokumen persyaratan juga sudah lengkap, dan dikerjakan dalam 7 bulan. Saat ini tinggal menunggu pembahasan Dewan Nasional KEK. “Faktor CEO Commitment, atau keseriusan pimpinan daerahnya juga sangat berpengaruh,” ungkap Menpar Arief Yahya.

Darimana bisa tahu? Bagaimana mengukur kecepatan dan komitmen pimpinan daerahnya? Menpar Arief Yahya yang sejak 2015 sudah menggunakan digital, di semua lini, baik pemasaran, pengembangan destinasi maupun SDM atau sertifikasi. Khusus di Destinasi Prioritas dan Super Prioritas ini, Mantan Dirut PT Telkom ini menggunakan Transformer Project Managemen System yang dipantai setiap minggu di War Room lantai 16, Gedung Sapta Pesona.

“Saya tahu persentase progress perkembangan semua destinasi prioritas yang kita pantau. Performance Likupang Minut misalnya, sampai kemarin sudah 171,4% dari target pekan ini. Atau realisasi kerjanya lebih cepat 71% dari rencana! Sukabumi dan Pangandaran masih 92%, lalu Tanjung Gunung dan Sungai Liat masih 85%. Dengan digital kita bisa membaca capaian, kinerja, dan keseriusan masing-masing destinasi,” ungkap menteri dari background professional ini.

Menpar Arief memang sudah mencanangkan corporate culture, budaya kerja di lingkungan Kemenpar, dengan jurus WIN-Way. Artinya, Wonderful Indonesia Way, atau The Way to Winning. Ini dia tanamkan kuat-kuat, agar nilai-nilai Great Spirit dan Grand Strategy-nya mulus mendarat di benak insan-insan Pariwisata Indonesia. “Isi Win-Way itu ada 3S: yakni Solid, Speed, Smart,” sebut Arief Yahya mengulang kata-katanya, 23 Juni 2016, tiga tahun silam.

Solid itu kompak, bersatu, bersama-sama. Harus ada keinginan kuat untuk maju bersama-sama. Tidak boleh lagi terkungkung oleh silo-silo atau kotak-kotak birokrasi. Harus Indonesia Incorporated. “Musuh kita bukan kita, musuh professional kita Thailand, musuh emosional kita Malaysia. Kita berjuang bersama-sama untuk mengalahkan mereka, yang sudah lama jauh mengungguli kita,” sebut Menpar Arief Yahya.

Speed itu persis seperti yang disampaikan berulang-kali oleh Presiden Jokowi. “Kita tidak boleh terkungkung dalam suasana comfort zone, kemapanan, yang bikin miskin inisiatif, miskin inovasi, ide-ide segar dan lambat. Pinjam istilah Andy Grove, pendiri Intel, only paranoid survive. Maka terus mencari cara untuk melompat lebih tinggi, berlari lebih cepat,” jelas Arief Yahya.

Smart itu harus lebih pintar, dan untuk menjadi lebih pintar gunakan cara yang tidak biasa, yakni digital. Selain itu, Arief Yahya juga selalu menggunakan benchmarking, melihat di belahan dunia lain, yang sudah sukses dan berhasil. Dia terpikir pada kata-kata Albert Einstein: “Orang biasa itu belajar dari kesalahan diri sendiri, sedangkan saya belajar dari kesalahan orang lain,” tirunya.

Itulah mengapa progres di semua lini Pariwisata Indonesia saat ini sangat cepat. Empat Destinasi Super Prioritas lain juga dilakukan dengan cara yang cerdas, yakni dipantau dengan Transformer Project Management System. Ketua Tim Percepatan 10 Bali Baru, Hiramsyah Sambudhy Thaib menjelaskan capaian per tgl 12 Juli 2019 adalah 114,10%.

“Ada 8 destinasi mencapai target di atas 100%, 2 destinasi kurang dari 100% yaitu Danau Toba dengan pencapaian 98.60% dan Borobudur dengan pencapaian 95.09%. Tetapi kami yakin, progress akan terus dipercepat, karena dibantu oleh semua stakeholder yang ada, karena ini terkait dengan banyak pihak, yang saat ini saling support” ungkap Hiramsyah.

Dia juga langsung ngebut, menindaklanjuti 6 arahan Presiden Jokowi dalam Ratas Pengembangan Destinasi Wisata Prioritas, 15 Juli 2019 lalu. Yakni, tata ruang, infrastruktur pendukung Pariwisata, pembenahan pelabuhan, kesiapan SDM, atraksi wisata dan promosi pariwisata secara besar-besaran yang terintegrasi.

Tugas yang diberikan Tim Percepatan 10 Bali Baru ini ada dua besar, pertama sebagai project management system, dan kedua sebagai system integrator, terhadap destinasi itu. Nusa Dua untuk menjadi seperti sekarang, membutuhkan lebih dari 30 tahun. Mandalika dan Tanjung Lesung, itu juga sudah dimulai lebih dari 20 tahun lalu. Karena itu apa yang sudah dilakukan dengan 4 destinasi super prioritas saat ini sudah merupakan lompatan yang luar biasa cepat.

Tiga destinasi sudah berstatus Badan Otorita Pariwisata, yakni Danau Toba, Borobudur dan Labuan Bajo. Sedang Mandalika sudah lebih dulu menjadi KEK Pariwisata yang dikelola oleh ITDC. “Tugas Badan Otorita adalah mengelola zona otoritatif, yang dimiliki saat ini. Juga menjadi integrator, di area koordintif, misalnya Danau Toba dengan 8 Kabupaten di Danau Toba, 2 provinsi di Borobudur, 1 Labuan Bajo dan Pulau Flores,” ungkap Hiramsyah.(*)

Smber: sindonews.com

By Published On: Kamis, 18 Juli 2019Views: 2539

Share This Story, Choose Your Platform!

Ayo, Berwisata #DiIndonesiaAja

Selama berbulan-bulan berada di rumah, Sobat Pesona tentu sudah rindu traveling, bukan? Nah, bagi Sobat Pesona yang hendak merencanakan liburan setelah pandemi, tak usah jauh-jauh ke luar negeri untuk merasakan pengalaman berwisata yang menyenangkan. Sebab, berwisata #DiIndonesiaAja juga bisa memberikan pengalaman liburan yang tak kalah mengesankannya dengan berwisata ke luar negeri, lho!