Monumen Palagan Ambarawa, Simbol Ketangguhan Pejuang Zaman Penjajahan – Jejak penjajahan di bumi Indonesia tidak pernah benar-benar hilang. Penjajahan selama raturan tahun telah banyak meninggalkan saksi sejarah yang kini masih bisa dilihat. Bukan lagi para penjajah, bukti sejarah kini yang tertinggal hanya berupa bangunan-bangunan. Itulah yang menjadi bahan untuk belajar sejarah dan mengingat perjuangan para pahlawan.
Di Semarang, beberapa bukti sejarah akan tangguhnya pejuang juga masih bisa disaksikan. Salah satunya adalah Palagan Ambarawa, sebuah monumen yang terletak di Ambarawa. Bukan hanya selama masa penjajahan, monumen tersebut juga menjadi saksi perjuangan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Terdapat sejarah yang begitu panjang di balik monumen tersebut hingga menjadikannya kini sebagai tempat belajar sejarah sekaligus berwisata.
Saksi Pertempuran Ambarawa
Setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya, bukan berarti urusan mengusir penjajah selesai begitu saja. Di Ambarawa, salah satu wilayah di Semarang masih terjadi pertempuran besar antara pejuang dengan para tentara musuh. Pertempuran tersebut berlangsung selama empat hari dengan tujuan utama mempertahankan daerah dari tentara sekutu yang saat itu sekaligus masih menjadi tahanan NICA.
Pada saat itu, tentara sekutu merasa terdesak di Magelang hingga mengundurkan diri ke daerah Ambarawa. Padukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang dipimpin oleh Kolonel Soedirman akhirnya berhasil meraih kemenangan pada 15 Desember 1945 hingga hari itu dikenang sebagai Hari Infanteri. Monumen Palagan Ambarawa menjadi bukti nyata kerasnya pejuang yang saat ini berusaha mati-matian untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Indonesia.
Terdapat Bangunan Museum
Menurut sejarah, monumen yang berlokasi di Jalan Mgr Sugiyopranoto itu memang dibangun untuk mengingat pertempuran pada 12-15 Desember 1945 silam. Selain sebagai simbol keberanian, di dalam monumen juga dibangun Museum Isdiman yang ditujukan untuk mengenang jasa Letkol Isdiman dan mengapresiasi usahanya yang telah gugur dalam pertempuran merebut dua desa di Ambarawa.
Letkol Isdiman sendiri merupakan perwira terbaik dari Komandan Divisi V Banyumas yang kini lebih dikenal sebagai Panglima Besar Jenderal Soedirman. Namanya turut dikenang abadi dalam Monumen Palagan Ambarawa sebagai sebuah museum yang dibangun menyerupai bentuk rumah Joglo. Di dalam museum tersebut tersimpan banyak koleksi senjata serta pakaian yang dipakai semasa pertempuran Ambarawa.
Beberapa senjata yang masih tersimpan di dalam Museum Isdiman meliputi bom Molotov dan bambu runcing yang merupakan senjata khas pejuang Indonesia. Beberapa senjata tentara sekutu juga dipamerkan dalam museum tersebut, seperti mobil angkutan personil, meriam dan pesawat Mustang P-51 milik Belanda. Semuanya menjadi saksi betapa saat itu pertarungan antara pejuang dan tentara begitu sengit dan menjatuhkan banyak korban.
Diresmikan oleh Presiden Soeharto
Monumen Palagan Ambarawa menjadi bangunan yang sarat akan makna perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah. Setelah bertahun-tahun berlalu, monumen tersebut akhirnya selesai dibangun dan diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto. Peresmian yang menjadi pertanda berdirinya monumen secara resmi itu berlangsung pada 15 Desember 1974, di tanggal yang sama seperti saat pertempuran Ambarawa terjadi.
Monumen yang terletak di Panjang itu dibangun mencapai tinggi hingga lebih dari 5 meter dengan lambang Pancasila yang berlatar belakang bentuk segi lima. Pada bagian depan tugu, berdiri tiga patung tentara pejuang. Ketiganya memegang senjata masing-masing yang berupa senapan dan bambu runcing. Desain yang dibuat pada monumen ini membuat pengunjung seolah bisa merasakan pengalaman berjuang para tentara Indonesia.
Di dalam museum juga terdapat beberapa foto yang masih jelas menggambarkan suasana saat pertempuran Ambarawa terjadi. Pengunjung jadi bisa melihat sendiri bagaimana ketegangan yang terjadi selama pertempuran sengit tersebut. Beberapa benda di bagian luar museum juga masih berdiri tegak di tempatnya. Semuanya menjadi bahan untuk belajar sejarah serta mengingat jasa pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Melakukan perjalanan wisata tidak selamanya menikmati pemandangan alam dan keindahan panoramanya atau mencicipi kuliner khas suatu daerah. Perjalanan wisata juga bisa menjadi kesempatan untuk belajar sejarah terdahulu bangsa Indonesia, seperti salah satunya di Monumen Palagan Ambarawa. Sebagian besar benda sejarah yang sempat digunakan dalam pertempuran masih tersimpan dengan baik dan menjadi sarana untuk mengingat perjuangan bangsa Indonesia.