Sragen, 16 November 2024 – Warga Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, menyiapkan replika tikus purba berbahan jerami dalam Festival Jerami Purba 2024 di desa setempat, Sabtu (16/11/2024).
Sebanyak 22 Rukun Tetangga (RT) di wilayah Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, menggelar Festival Jerami Purba yang dikolaborasikan dengan event Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Sragen dan Disporapar Jawa Tengah (Jateng), Sabtu-Minggu (16-17/11/2024).
Sebanyak 22 replika hewan purba raksasa yang terbuat dari jerami diarak dalam karnaval di sepanjang jalan utama Sangiran. Pembuatan replika hewan purba dari jerami itu dilakukan warga selama dua pekan.
Setiap RT menampilkan model hewan purba yang berbeda-beda, ada yang membuat replika tikus purba, kudanil purba, gajah purba, kerbau, babi purba, kua-kura, manusia purba, kijang, lele purba, badak purba, buaya purba, dan binatang lainnya.
Festival Jerami Purba merupakan salah satu rangkaian acara Festival Sangiran Purba yang berlangsung selama 2 hari. Di hari Minggu (17/11/2024) dilaksanakan Fun Run yang diikuti lebih dari 2000 orang.
Sekretaris Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen, Aries Rustioko, kepada Espos, Minggu, mengungkapkan festival jerami ini merupakan kali kedua yang digelar Pemerintah Desa Krikilan. Tahun pertama, pada 2023 lalu, acara serupa juga sukses digelar.
Dia menyampaikan ada 22 replika hewan purba yang terbuat dari jerami yang ditampilkan dalam festival itu. Dia mengatakan hewan-hewan itu merupakan hewan purba yang pernah hidup di kawasan Sangiran.
“Ini event resmi tahunan yang diselenggarakan Pemdes Krikilan. Kami berharap event seperti ini bisa memberdayakan masyarakat ke depan. Ternyata penonton yang hadir dalam event ini mencapai ribuan orang. Dari target 5.000 orang ternyata bisa tercapai. Meskipun pada sore harinya sempat diguyur hujan,” jelas Aries.
Digelar setelah Panen
Dia menyampaikan replika hewan purba itu terbuat dari jerami murni dan setiap RT berbeda hewan sesuai dengan kupon undian yang didapatkan per RT. Dia mengatakan rangka-rangka hewan itu bisa dibuat dari bambu atau kayu tetapi semua isiannya jerami. Dia menjelaskan Festival Jerami Sangiran ini memang diadakan setelah panen raya.
Pemkab Sragen sangat mengapresiasi kegiatan ini. Kegiatan ini sudah mendatangkan wisatawan baik di Sragen, Solo Raya dan juga luar daerah.
Staf Ahli Bidan Pemerintahan, Hukum dan Politik Kabupaten Sragen, Samsuri menyampaikan bahwa festival ini merupakan wadah untuk warga berkreasi dan juga menjadi event tahunan di Sangiran.
“Festival ini merupakan wadah untuk para warga menampikan banyak hal, ada kesenian tradisional dari beberapa daerah di sini. Selain itu festival ini juga menjadi ajang untuk mempromosikan Museum Sangiran pada khususnya, dan Kabupaten Sragen pada umumnya. Kami, Pemkab Sragen sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini. Semoga di waktu yang akan datang dapat terus berlangsung dan semakin baik,” kata Samsuri
Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur, Agustin Peranginangin menyampaikan bahwa festival ini diharapkan dapat mendukung program-program pemerintahan yang sudah tercanangkan ataupun yg akan datang.
“Festival Sangiran Purba yang berlangsung selama 2 hari ini sangat berpotensi dalam mengambil peran mendukung program pemerintahan. Fokus utama kita adalah 8 persen pertumbuhan ekonomi, dan ini merupakan salah satu hal positif mengetahui bahwa besok juga akan ada event lari yang diikuti lebih dari 2000 orang,” kata Angin.
Walaupun Kementerian Pariwisata dan Kementerian Ekonomi Kreatif sudah resmi berdiri sendiri, tetapi program tetap berkolaborasi
“Kementerian Pariwisata sudah resmi berpisah dengan (Kementerian) Ekonomi Kreatif. Tetapi itu menjadi alasan untuk masing-masing menjadi semakin kuat, solid dan tetap terus berkolaborasi,” lanjut Angin.
Festival Sangiran Purba dibuka oleh Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Agung Hariyadi.
Dalam sambutannya Agung menyampaikan beberapa hal positif yang sudah ada di Sangiran.
“Tadi saya menuju ke Sangiran, dari exit tol Karanganyar tidak sampai 1 jam. Ini sungguh hal yang positif mengingat salah satu aspek pariwisata adalah aksesibilitas. Jika sudah terhubung begini, tidak ada alasan masyarakat, pokdarwis, pemerintah desa untuk tidak bergerak. Kami dari Pemprov Jawa Tengah, Disporapar sangat mendukung kegiatan ini. Apalagi Museum Sangiran sudah mendunia. Diakui oleh UNESCO,” kata Agung (*)