Air Terjun Pringgodani, Keindahan Alam yang Masih Asri
Jawa memang terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau, salah satunya adalah Air Terjun Pringgodani yang terletak di Kabupaten Karanganyar kawasan lereng Gunung Lawu.
Keindahan Air Terjun Pringgodani tersembunyi di balik rimbunnya hutan. Keindahan alam yang masih asri dari wisata satu ini mampu menghipnotis mata pengunjung. Selain keindahan, wisata ini juga menyimpan sejarah loh.
Wisata yang berada di kaki Gunung Lawu ini, terletak di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Air terjun ini berada pada ketinggian 1.531 MDPL. Tapi perlu kamu tahu, wisata ini tidak bisa diakses dengan kendaraan ya, hal ini disebabkan medan yang terjal dan licin, karena ya letaknya memang di dalam hutan dan tepat berada di lereng.
Berbeda dari air terjun Tawangmangu lainnya, Air Terjun Pringgodani ini masih terbilang belum populer di kalangan masyarakat, jadi masih terjamin keorisinilannya. Menurut keyakinan beberapa masyarakat sekitar, air terjun ini merupakan sebuah pertapaan seseorang yang mampu kalahkan prabu Baka di masa kerajaan Kaling. Tapi sebagian lainnya meyakini bahwa lokasi sekitar Pringgodani ini dulunya merupakan wilayah kekuasaan Prabu Brawijaya V yang juga adalah raja terakhir Majapahit, yang kemudian diserahkan pada Eyang Panembahan Kacanegara. Nah oleh Eyang Panembahan Kacanegara ini tempat tersebut dijadikan untuk bertapa yang bertujuan ingin hidup kekal. Ia menancapkan tongkatnya di atas tanah dan memohon kepada sang pencipta untuk diberi kehidupan yang kekal, namun sayangnya ia gagal dan keinginannya tidak terkabul. Masyarakat meyakini tongkat tersebut berubah menjadi pohon dan dikenal dengan nama Kayu Lewung.
Tahukah kamu? Wisata ini juga memiliki mitos dan pantangan, seperti beberapa orang sengaja datang untuk meminta kenaikan jabatan atau yang lainnya. Buat kamu yang ingin berkunjung, ketahuilah bahwa ada tata krama yang harus dipegang teguh, kamu tidak boleh menceritakan perjalanan Eyang Cakranegara dan tempat ini. Menurut orang jawa itu pamali.